Home

Tuesday, October 18, 2011

DESAIN PERMODELAN GRAFIK

Design Pemodelan Grafis

Desain pemodelan grafik merupakan suatu kegiatan pengolahan gambar itu berupa pemotongan gambar, rotasi, dilatasi, translasi dan lain-lain. Adapun pemodelan grafik itu proses terbentuknya gambar 3D yang dimulai dari grafik primitif yaitu titik, garis, kemudian menjadi gambar 2D, dan bila gambar 2D itu saling dipadukan maka akan terbentuklah suatu gambar 3D.


Prinsip dan Unsur Design Grafis

Unsur dalam desain grafis sama seperti unsur dasar dalam disiplin desain lainnya. Unsur-unsur tersebut (termasuk shape, bentuk (form), tekstur, garis, ruang, dan warna) membentuk prinsip-prinsip dasar desain visual. Prinsip-prinsip tersebut, seperti keseimbangan (balance), ritme (rhythm), tekanan (emphasis), proporsi (“proportion”) dan kesatuan (unity), kemudian membentuk aspek struktural komposisi yang lebih luas.

Pengaruh Kebudayaan dan Teknologi dalam Pembuatan Design Grafis

Seiring berjalannya waktu, teknologi semakin berkembang dan kebudayaan makin lama makin terkikis dengan berkembangnya berbagai macam teknologi. Namun dengan munclunya ide-ide bahwa kebudayaan harus tetap eksis ditengah maraknya perkembangan teknologi. Salah satu ide tersebut ada pada pembuatan kartun “Upin dan Ipin” dimana pada kartun tersebut menggabungkan teknologi komputerisasi dengan menciptakan tokoh-tokoh kartun yang berkebudayaan Malaysia.

Design Pemodelan Grafis dari Segi Interaksi Manusia dan Komputer

Interaksi manusia dan komputer sangat dibutuhkan dalam design pemodelan grafis, hal ini dikarenakan manusia yang menjalankan komputer karena tidak mungkin komputer dapat mengoperasikan sendiri, maka dibutuhkanlah tenaga manusia untuk menjalankan komputer tersebut dan pada komputer tersebut  terdapat aplikasi yang memungkinkan untuk pembuatan design grafis yang diinginkan manusia. Sehingga akan menghasilkan sebuah karya yang memiliki nilai seni yang tinggi.

Pengertian Desain Komunikasi Visual

Seni berkomunikasi (Arts of Commmunication) dengan menggunakan bahasa rupa (Visual Text) untuk menyampaikan suatu pesan dan disampaikan melalui media (desain) yang bertujuan menginformasikan, mempersuasi, mempengaruhi, hingga merubah perilaku sasaran sesuai dengan yang diinginkan.
Bahasa Rupa tsb, dominan berwujud image grafis, tanda / simbol atau unsur grafis lainya; yang tersusun berdasarkan kaidah / prinsip berbahasa yang khas / tersendiri. Isi pesan diungkapkan secara kreatif dan komunikatif  serta  mengandung solusi (alternatif) untuk permasalahan yang hendak disampaikan (sosial maupun komersial).
terjadinya pergeseran pengertian dan pemaknaan Desain Grafis menjadi Desain Komunikasi Visual, karena berkembangnya keilmuan itu sendiri :
Graphic Design on Surface” (Printed/Production Matter)
mengandung unsur-unsur dan karakter 2 Dimensi (utamanya) dan 3 Dimensi sebagai hasil produksi grafika (cetak)
(Multimedia Production/New Media); mengandung unsur-unsur dan karakter 2 Dimensi, 3 Dimensi, Still & Motion Graphic serta mengandung unsur waktu (Timed Base Media) dan suara (Audio, Narrative &  Back Sound ).



Sejarah Desain Komunikasi Visual

1967
Pada tahun 1967, Jurusan Seni Rupa FTSP ITB membuka Studio Grafis. Pada saat itu, kurikulum desain dengan seni masih bersatu. Kemudian pada tahun 1969-1971 A.D. Pirous belajar di Universitas Rochester Amerika Serikat untuk menjajagi kemungkinan dibukanya program studi Desain Grafis di ITB.
1973
Pada tahun 1973, Jurusan Seni Rupa FTSP ITB dimekarkan dengan menambah program Studi Desain Tekstil dan memecah Studio Grafis menjadi Program Studi Desain Grafis dan Seni Grafis. Tahun 1973, Program studio Desain Grafis melepaskan lulusan pertamanya, yaitu empat mahasiswa studio grafis yang membuat tugas akhir berupa proyek desain grafis. Para lulusan pertama dari studio ini adalah Indra Abidin, Markoes Djayadisastra, Tedy Syam dan Priyanto S.
Pada tahun itu pula Bapak A.D. Pirous sebagai ketua program studi desain grafis memulai mendidik angkatan pertamanya. Dibantu oleh. T. Sutanto, Priyanto S, dan Suyadi sebagai pengajar.
1977
Pada tahun 1977,Gert Dumbar seorang desainer belanda memperkenalkan istilah semiotika dan komunikasi visual. Mengapa komunikasi visual? Karena menurutnya desain grafis tidak hanya menangani desain untuk percetakan tetapi juga moving image, display dan pameran. Akhirnya di tahun 1979, mulai dipakai istilah desain komunikasi visual menggantikan istilah desain grafis. Tetapi baru pada tahun 1980-an orang mulai terbiasa memakai istilah itu. Bahkan institusi lain seperti ISI sekarang memakai istilah tersebut.
Kurikulum berkembang terus tanpa mengubah visi dan misinya. Desain Komunikasi Visual ITB berusaha menghasilkan konseptor komunikasi visual, karena itu kurikulum lebih ditekankan pada wawasan konseptual dari karya. Untuk mendukung hasil yang maksimal, pengetahuan teknis juga diperkenalkan pada para siswa untuk mengikuti perkembangan teknologi. Yang terus dilatih adalah daya adaptasi lapangan. Saat ini sedang dirintis pengembangan mata kuliah Audio Visual untuk berdiri sendiri menjadi Program Studi Audio Visual. Juga sedang dipikirkan kemungkinan untuk menajamkan Program Studi menjadi Studi Periklanan, Desain Grafis, Ilustrasi, Fotografi secara khusus.
1984 resmi berdiri menjadi Studio Desain Grafis.
1994 menjadi Studio Desain Komunikasi Visual.
1997 menjadi Program Studi Desain Komunikasi Visual
dibawah departemen Desain FSRD ITB
2006 menjadi Program Studi Desain Komunikasi Visual,
setingkat Jurusan, langsung dibawah Fakultas Seni Rupa dan Desain.




Elemen-Elemen Disain Komunikasi Visual

Christine Suharto Cenadi (1999:5) menyebutkan bahwa elemen-elemen desain komunikasi visual diantaranya adalah tipografi, ilustrasi, dan simbolisme. Elemen-elemen ini dapat berkembangan seiring dengan perkembangan teknologi dan penggunaan media.

a. Tata Letak Perwajahan (Layout)
Pengertian layout menurut Graphic Art Encyclopedia (1992:296) “Layout is arrangement of a book, magazine, or other publication so that and illustration follow a desired format”. Layout adalah merupakan pengaturan yang dilakukan pada buku, majalah, atau bentuk publikasi lainnya, sehingga teks dan ilustrasi sesuai dengan bentuk yang diharapkan.
Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa: “Layout includes directions for marginal data, pagination, marginal allowances, center headings and side head, placement of illustration.” Layout juga meliputi semua bentuk penempatan dan pengaturan untuk catatan tepi, pemberian gambar, penempatan garis tepi, penempatan ukuran dan bentuk ilustrasi. Menurut Smith (1985) dalam Sutopo (2002:174) mengatakan bahwa proses mengatur hal atau pembuatan layout adalah merangkaikan unsur tertentu menjadi susunan yang baik, sehingga mencapai tujuan.

b. Tipografi
Menurut Frank Jefkins (1997:248) tipografi merupakan:
“Seni memilih huruf, dari ratusan jumlah rancangan atau desain jenis huruf yang tersedia, menggabungkannya dengan jenis huruf yang berbeda, menggabungkan sejumlah kata yang sesuai dengan ruang yang tersedia, dan menandai naskah untuk proses typesetting, menggunakan ketebalan dan ukuran huruf yang berbeda. Tipografi yang baik mengarah pada keterbacaan dan kemenarikan, dan desain huruf tertentu dapat menciptakan gaya (style) dan karakter atau menjadi karakteristik subjek yang diiklankan.”

Wirya (1999:32) mengatakan bahwa beberapat tipe huruf mengesankan nuansa-nuansa tertentu, seperti kesan berat, ringan, kuat, lembut, jelita, dan sifat-sifat atau nuansa yang lain.

c. Ilustrasi
Ilustrasi dalam karya desain komunikasi visual dibagi menjadi dua, yaitu ilustrasi yang dihasilkan dengan tangan atau gambar dan ilustrasi yang dihasilkan oleh kamera atau fotografi. Menurut Wirya (1999:32) ilustrasi dapat mengungkapkan sesuatu secara lebih cepat dan lebih efektif daripada tekas.
Fungsi ilustrasi menurut Pudjiastuti (1997:70) adalah:
“Ilustrasi digunakan untuk membantu mengkomunikasikan pesan dengan tepat dan cepat serta mempertegas sebagai terjemahan dari sebuah judul, sehingga bisa membentuk suatu suasana penuh emosi, dari gagasan seakan-akan nyata. Ilustrasi sebagai gambaran pesan yang tak terbaca dan bisa mengurai cerita berupa gambar dan tulisan dalam bentuk grafis informasi yang memikat. Dengan ilustrasi, maka pesan menjadi lebih berkesan, karena pembaca akan lebih mudah mengingat gambar daripada kata-kata.

d. Simbolisme
Simbolisme sangat efektif digunakan sebagai sarana informasi untuk menjembatani perbedaan bahasa yang digunakan karena sifatnya yang universal dibanding kata-kata atau bahasa. Bentuk yang lebihh kompleks dari simbol adalah logo. Logo merupakan identifikasi dari sebuah perusahaan karena logo harus mampu mencerminkan citra, tujuan, jenis, serta objektivitasnya agar berbeda dari yang lainnya. Farbey (1997:91) mengatakan bahwa banyak iklan memiliki elemen-elemen grafis yang tidak hanya terdapat ilustrasi, tetapi juga terdapat muatan grafis yang penting seperti logo perusahaan atau logo merek, simbol perusahaan, atau ilustrasi produk.

e. Warna
Warna merupakan elemen penting yang dapat mempengaruhi sebuah desain. Pemilihan warna dan pengolahan atau penggabungan satu dengan lainnya akan dapat memberikan suatu kesan atau image yang khas dan memiliki karakter yang unik, karena setiap warna memiliki sifat yang berbeda-beda. Danger (1992:51) menyatakan bahwa warna adalah salah satu dari dua unsur yang menghasilkan daya tarik visual, dan kenyataannya warna lebih berdaya tarik pada emosi daripada akal.

f. Animasi
Penggunaan unsur-unsur gerak atau disebut animasi khususnya dalam multimedia akan menimbulkan kesan tersendiri bagi yang melihatnya. Istanto (2001:61) mengatakan bahwa konsep dari animasi menggambarkan gerak sehingga dapat mendukung tampilan secara lebih dinamis.
Berdasarkan teknis pembuatannya, animasi dibagi menjadi dua, yaitu:
• Animasi dua dimensi (2D), adalah animasi yang berkesan datar (flat), baik itu karakter maupun warnanya.
• Animasi tiga dimensi (3D), adalah karakter yang dibuat dapat dilihat dari berbagai sudut pandang dan adanya kesan mendalam atau berdimensi ruang.
Penggunaan animasi dalam sebuah desain multimedia dapat menjadikan tampilan menjadi lebih menarik dan dinamis. Pemilihan jenis animasi yang digunakan bergantung pada kebutuhannya sehingga desaian yang dihasilkan dapat lebih efektif dan efisien.

g. Suara
Suara merupakan elemen pendukung yang digunakan untuk lebih menghidupkan suasana interaksi. Dalam multimedia interaktif, suara dibedakan menjadi dua, yaitu suara utama dan suara pendukung. Suara utama adalah suara yang mengiringi pengguna selama interaksi berlangsung, sedang suara pendukung merupakan suara yang terdapat pada tombol-tombol navigasi.


Kelompok:
1. Abraham Yosua Aitonam (50408010)
2. Muhamad Ilham Aulia (50408560)

0 comments:

Post a Comment